Sabtu, 09 Mei 2009

NGELMU KYAI PETRUK

Nopember 3, 2008 pada 1:44 pm (NGELMU KYAI PETRUK)

Kuncung ireng pancal putih,
Swarga durung weruh,
Neraka durung wanuh,
Mung donya sing aku weruh,
Uripku aja nganti duwe mungsuh.

Ribang bumi ribang nyawa,
Ana beja ana cilaka,
Ana urip ana mati,
Precil mijet wohing ranti,
Seneng mesti susah,
Susah mesti seneng,
Aja seneng nek duwe,
Aja susah nek ora duwe.

Senenge saklentheng susahe sarendheng,
Susah jebule seneng,
Seneng jebule susah,
Sugih durung karuan seneng,
Ora duwe durung karuan susah,
Susah seneng ora bisa disawang,
Bisane mung dirasakake dhewe.

Kapiran kapirun sapi ora nuntun,
Urip aja mung nenuwun,
Yen sapimu masuk angin tambanana,
Jamune ulekan lombok,

Bawang uyah lan kecap,
Wetenge wedhakana parutan jahe,
Urip kudu nyambut gawe.

Pipi ngempong bokong,
Iki dhapur sampurnaning wong,
Yen ngelak ngombea,
Yen ngelih mangana,
Yen kesel ngasoa,
Yen ngantuk turua.

Pipi padha pipi,
Bokong padha bokong,
Pipi dudu bokong,
Onde-onde jemblem bakwan,
Urip iku pindha wong njajan,
Kabeh ora bisa dipangan,
Miliha sing bisa kepangan,
Mula elinga dhandhanggulane jajan.

Pipis kopyor sanggupira lunga ngaji,
Le ngaji nyang be jadah,
Gedang goreng iku rewange,
Kepethuk si alu-alu,
Nunggang dangglem nyengkelit lopis,
Utusane tuwan jenang,
Arso mbedhah ing mendhut,
Rame nggennya bandayudha,
Silih ungkih tan ana ngalah sawiji,
Patinira kecucuran.

Ki Daruna Ni Daruni,
Wis ya, aku bali menyang Giri,
Aku iki Kyai Petruk ratuning Merapi,
Lho ratu kok kadi pak tani?,

Sumber: buku Air Kata-Kata, karangan Sindhunata.

5 Comments



[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 08 Mei 2009

Mengenal Diri dari Serat Asmaralaya


Dalam budaya Jawa banyak serat yang diciptakan oleh nenek moyang kita. Salah satunya adalah Serat Asmaralaya. Jika kita mempelajari serat Asmaralaya tersebut, maka kita akan mengetahui dunung kita pribadi.

Dalam sebuah hadist di ajaran Islam disebutkan “Barangsiapa yang mengetahui dirinya sendiri, maka ia akan tahu Tuhannya”. Nah, kalau Anda ingin mengetahui diri Anda pribadi, tidak ada salahnya belajar pada Serat Asmaralaya. Serat Asmaralaya tersebut antara lain berbunyi:




Ana wiku medhar ananing hyang agung
kang nglimputi dhiri
wayangan nya dumumung neng netranira
bunder nguwung lir sunaring surya nrawung
aran nur muhammad
weneh muwus jatining kang murbeng idhup
yaiku pramana
kang misesa ing sakalir
dumuning neng utyaka guruloka
iya iku tembung arab baitul makmur

Ada Orang Bijak menjelaskan adanya Hyang Agung
Yang menyelimuti diri
Gambarannya ada pada Matamu sendiri
Bentuknya bundar memancarkan sinar surya yang menerawang
Yang dijuluki Nur Muhammad
Memberikan kesejatian dalam hidup
Yaitu pramana
Yang menguasai segalanya
Letaknya ada di guruloka
Yaitu bahasa Arabnya baitul makmur


Tandane kang nyata
aneng gebyaring pangeksi
lwih waspada wruh gumlaring alam donya
mung pramana kang bisa nuntun marang swarga
ana rupa kadya rupanta priyangga
kang akonus saking kamungsangta wus
saplak nora siwah
amung mawa caya putih
yaiku aran mayangga seta

Tandanya yang nyata
Ada dalam gebyar angan-angan
Lebih waspada tahu gumelarnya alam dunia
Hanya pramana yang bisa menuntun ke Surga
Ada bentuk rupa seperti rupa orang
Yang mengaku dari prasangka
Yang tidak berbeda satu dengan lainnya
Hanya lewat cahaya putih
Yang disebut Mayangga Seta


ana cahya seta prapta geng sabda
iya iku nur muhammad kang satuhu
cahya maya maya
jumeneng munggwing unggyaning
tuntung driya anartani triloka
baitul makmur baitul mukharam tetelu
ing baitul muqadas

Ada cahaya putih seperti SabdaNya
Iya itu Nur Muhammad yang sejati
Cahaya maya-maya (samar-samar)
Terletak umpama tingkatan
Dalam indera yang disebut triloka (tiga tempat)
Baitul makmur baitul mukharam ketiga
Di baitul muqadas


sumanar prapteng pangeksi
liyepena katon ponang cahya maya
anarawung warna warna wor dumunung
nuksmeng cahya kang sajati
ingkang padhang gumilang tanpa wayangan
langgeng nguwung angebeki buwana gung
mulih purwanira

Bersinar tanpa henti
Gambarannya tampak mirip cahaya maya
Berbaur warna-warna yang ada
Dengan cahaya yang sejati
Yang terang benderan tanpa halangan
Langgeng memenuhi buwana yang agung
Terhadap dirimu


duk durung tumurun maring
ngarcapada awarna warana raga
cahyanipun gumilang gilang nelawung
tanpa wewayangan
nelahi sesining bumi
gya tumurun dadya manungsa

Ketika belum turun
Ke alam dunia berbentuk raga
Cahayanya penuh gebyar
Tanpa halangan
Memenuhi seisi bumi
Akhirnya segera turun menjadi manusia

marma temtu yen prapta antareng layu
ana cahya prapta
gumilang pindhah angganing
tirta munggwing ron lumbu amaya maya
dyan puniku ciptanen dadya sawujud
lawan sabdanira
kang sinedyan samadyaning
ngen ngenta yekti waluya sampurna
mulya wangsul mring salira numuhun

Tentu saja ketika sudah waktunya
Ada cahaya
Bersinar berpindah warna
Air seperti berbentuk samar-samar
Yaitu cipta yang menjadi satu wujud
Dengan sabda mu sendiri
Yang langsung terjadi
Yang diangan-angankan pasti terjadi sempurna
Mulia kembali pada dirimu sendiri


sabda gaib babar
bali angebaki bumi
tribuwana kebak bangkit megat nyawa

Sabda gaib kembali digelar
Kembali memenuhi bumi
Tribuwana penuh bangkit memisahkan nyawa


Serat asmalaya adalah salah satu serat Jawa yang berbentuk suluk atau piwulang, berisikan ajaran suci berdasarkan ajaran Islam yang dipadukan dengan ajaran kejawen. Lebih dari itu, serat ini adalah hasil pemikiran dan perenungan nenek moyang kita. Serat ini penuh dengan pesan moral yang bernafaskan Islam. Ajaran yang terkandung dalam serat ini erat kaitannya dengan perbuatan dan kelakuan yang merupakan cerminan budi pekerti manusia.

Disunting dari : Kejawen

[+/-] Selengkapnya...

5 Anugerah GUSTI ALLAH Pada Manusia


Dalam tubuh manusia itu terdapat piranti atau unsur lengkap yang dianugerahkan oleh GUSTI ALLAH. Setiap unsur tersebut memiliki kegunaan sendiri-sendiri. Semuanya tergantung pada manusia untuk memanfaatkan pemberian GUSTI ALLAH tersebut.

Piranti atau unsur yang dibekali GUSTI ALLAH pada manusia itu bersifat mulai 'kasar' sampai 'halus'. Apa saja piranti-piranti itu? Piranti tersebut ada lima hal yaitu:
1. Raga
2. Budi
3. Hati Nurani
4. Rasa
5. Sukma


Dari kelima hal tersebut semuanya diwajibkan untuk tansah manembah GUSTI ALLAH. Namun ketika dipanggil oleh Hyang Maha Suci, yang akan berangkat menemui GUSTI ALLAH hanyalah sukma. Raga tidak akan berangkat karena bersifat jisim atau bangkai.

Pernahkah Anda melihat pesawat ulang-alik luar angkasa seperti Columbia. Nah, ketika berangkat ke luar angkasa, maka selongsongan luar yang berupa pesawat jet-nya akan melepaskan diri setelah tergesek oleh atmosfir bumi dan terbakar. Sedangkan pesawat inti Columbia itu sendiri akan terus bergerak ke luar angkasa.

Selongsong luar pesawat jet yang terbakar itulah ibarat raga manusia yang tidak akan ikut berangkat menemui Hyang Suksma. Ada bait tembang yang berbunyi:

Kawruhana... (Ketahuilah)
Dununge wong uripun niki, (Arti Orang Hidup Ini)
Lamun mbenjang yen wus palastra (Ketika Esok Sudah Dipanggil)
Wong Mati Nyang Endi Parane? (Orang Mati, Kemana Perginya?)

Umpamakno Peksi mabur (Ibarat Burung Terbang)
Mesak saking kurunganipun (Melesat dari Sangkarnya)
Umpamakno wong lungo sonjo (Ibarat Orang yang Bepergian)
Njang sinanjang, wong lungo sonjo wajibe mulih (Orang Bepergian Wajib untuk Pulang)
Mulih ning ngisor kamboja. (Pulang di Bawah Pohon Kamboja)

Itulah gambaran dari raga yang akan menjadi bangkai atau jisim. Namun tidak demikian dengan empat piranti lainnya seperti Budi, Hati Nurani, Rasa dan Sukma. Budi, Hati Nurani dan Rasa akan menjadi saksi kita ketika menghadap GUSTI ALLAH. Sementara Sukma adalah pakaiannya.

Kelima piranti tersebut, ketika kita simak akan terus berkembang menjadi macam-macam panembah yaitu:
1. Sembah Raga
2. Sembah Budi
3. Sembah Hati
4. Sembah Rasa
5. Sembah Sukma

Dari kelima sembah tersebut sama-sama mampu mengantarkan doa/panuwun kita pada GUSTI ALLAH. Semuanya tergantung pada keikhlasan dan kebersihan hati dan jiwa kita ketika berdoa. Namun kadar sembah yang paling tinggi adalah sembah sukma. Pertanyaannya, jika Anda pelaku spiritual, Anda sudah berada ditaraf sembah yang mana? Hanya Anda dan GUSTI ALLAH sendiri yang tahu.
Disunting dari :kejawen

By : Semoet Ireng

[+/-] Selengkapnya...

cara manembah ala suluk wujil


Manusia didunia ini memiliki dua hakikat. Hakekat yang pertama adalah Tansah Manembah Marang GUSTI ALLAH (Selalu menyembah pada GUSTI ALLAH) dan kedua, Apik marang sak padha padhaning ngaurip (Berbuat baik pada sesama makhluk hidup). Kali ini kita akan membahas perihal manembah marang GUSTI ALLAH.

Bagaimana cara manembah marang GUSTI ALLAH? Kita bisa mengutip pada beberapa bait Suluk Wujil karangan dari Sunan Bonang yang berbunyi:

Apakah salat yang sebenar-benar salat?
Renungkan ini: Jangan lakukan salat
Andai tiada tahu siapa dipuja
Bilamana kaulakukan juga
Kau seperti memanah burung
Tanpa melepas anak panah dari busurnya
Jika kaulakukan sia-sia
Karena yang dipuja wujud khayalmu semata

Lalu apa pula zikir yang sebenarnya?
Dengar: Walau siang malam berzikir
Jika tidak dibimbing petunjuk Tuhan
Zikirmu tidak sempurna
Zikir sejati tahu bagaimana
Datang dan perginya nafas
Di situlah Yang Ada, memperlihatkan
Hayat melalui yang empat

Pedoman hidup sejati
Ialah mengenal hakikat diri
Tidak boleh melalaikan shalat yang khusyuk
Oleh karena itu ketahuilah
Tempat datangnya yang menyembah
Dan Yang Disembah
Pribadi besar mencari hakikat diri
Dengan tujuan ingin mengetahui
Makna sejati hidup
Dan arti keberadaannya di dunia

Karena itu, Wujil, kenali dirimu
Kenali dirimu yang sejati
Ingkari benda
Agar nafsumu tidur terlena
Dia yang mengenal diri
Nafsunya akan terkendali
Dan terlindung dari jalan
Sesat dan kebingungan
Kenal diri, tahu kelemahan diri
Selalu awas terhadap tindak tanduknya



disunting dari : kejawen

By : semoet ireng

[+/-] Selengkapnya...